MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER
BANGSA
Tugas ini disusun guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Disusun oleh:
Nama :
Irma Oktavianingsih
NIM :
3201412131
Prodi :
Pendidikan Geografi
Rombel :
2 (dua)
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
I
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah swt. Yang senantiasa memberikan kekuatan
khususnya kepada penyusun, sehingga atas ijin-Nya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini penyusun
akan memaparkan makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter Bangsa". Pendidikan Karakter Bangsa memerlukan berbagai perubahan
dalam pelaksanaan proses pendidikan yang terjadi di sekolah pada saat sekarang.
Perubahan yang diperlukan tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi
menghendaki sikap baru dan keterampilan baru dari para guru, kepala sekolah dan
konselor sekolah. Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk keberhasilan implementasi Pendidikan Karakter Bangsa.
Peranan pendidikan
karakter di nilai mampu menciptakan terwujudnya tujuan pendidikan
yaitu mampu menciptakan pengembangan diri manusia secara utuh, dan menjadi
aspek mengolah individu yang memiliki nilai pembentuk kepribadian yang dimana
kita ketahui bahwa individu ini jika berada dalam lingkungan masyarakat menjadi
unsur-unsur pembentuk tatanan sosial.
Penyusun mengucapkan terimakasih
yang kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah
ini.
Namun penyusun menyadari, dengan
keterbatasan yang ada sudah barang tentu makalah ini banyak sekali kekurangan –
kekurangannya. Untuk itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun
sangat penyusun harapkan, demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
berharap, walaupun makalah ini jauh dari sempurna.Semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Semarang, Maret 2013
Penyusun
II
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................... I
Kata
Pengantar
................................................................................................................... II
Daftar
Isi
............................................................................................................................ III
BAB
I. Pendahuluan
.......................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang
.......................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................................. 3
C.
Tujuan .....................................................................................................................
3
BAB
II. Isi
..........................................................................................................................
5
2.1
Konsep Pendidikan Karakter
................................................................................. 5
2.2. Tujuan Pendidikan Karakter
.................................................................................
6
2.3. Pendidikan Karakter Bangsa dan
Dampaknya ..................................................... 7
2.4
Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa
.................................................................... 20
2.5
Pendidikan Karakter Bangsa dalam Kegiatan Pembelajaran ...............................
20
BAB III.
Penutup................................................................................................................
26
3.1 Kesimpulan
...........................................................................................................
26
3.2 Saran
.....................................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini telah terjadi pergeseran moral dan nilai yang
signifikan dalam realita kehidupan, baik secara pribadi, masyarakat maupun
dalam kehidupan berbangsa. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai factor,
diantaranya: Nilai budaya bangsa yang mulai pudar, nilai-nilai kehidupan telah
bergeser dari tatanannya, budaya malu hampir musnah pada tiap tingkatan
masyarakat, melemahnya kemandirian bangsa, dan manajemen keterbatasan
perangkat, sampai saat ini belum ada manajemen yang positif dan efektif dalam
menanggulangi persoalan bangsa yang sangat komplek.
Kutipan pesan dari Ali Bin Ali Tholib:”Kebaikan yang tidak terorganisir dengan
baik, akan dengan mudah dihancurkan oleh kemungkaran yang terorganisir dengan
baik.”
Dalam mengahadapi problem yang begitu rumit dan komplek
seperti itu dibutuhkan pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan
yang melibatkan berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku
kepentingan.Dengan manajemen yang seperti ini diharapkan dapat meminimalisir
dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini.
Di Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung pembangunan.Dengan demikian untuk memenuhi sumber daya
manusia tersebut, maka pendidikan memiliki peranan yang sangat penting.
Hal tersebut sesuai dengan amanat UU No 20 Tahun 2003
tentang System Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
( UU No. 20 / 2003 ).
Esensi dari pendidikan adalah pengalihan ( transmisi ) kebudayaan berupa nilai
– nilai dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa ( anak – anak ).
Masalah pendidikan yang mendasar adalah bagaimana memanusiakan manusia (
humanis ) melalui pendidikan. Pendidikan bukan saja memberdayakan pikiran dan
pencapaian prestasi belajar, melainkan terkait erat dengan nurani dan moral
spiritual serta pembentukan karakter.
Menurut Sigmund Freud “ Karakter yang berkualitas harus dibentuk sejak usia
dini, kegagalan dalam penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan
membentuk pribadi – pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Pernyataaan ini
berarti bahwa apabila anak berhasil mewarisi nilai – nilai kepribadian
yang bermakna pada usia dini, maka pribadi anak di masa dewasa akan
menjadi orang yang lebih berarti bagi orang lain.
Untuk mencapai hal tersebit di atas
diperlukan pendidikan karakter bagi peserta didik agar mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan dan santun dalam bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Karena karakter merupakan nilai – nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma – norma agama, hokum, tatakrama,
budaya dan adat istiadat.
Menurut Ali Ibrahim Akbar,2000 : Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata –mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis ( hard skill )
saja, tetapi lebih oleh pengetahuan mengelola diri dan orang lain ( soft skill
). Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh
kemampuan manage self daripada kemampuan knowlage. Dan juga sebagai isyarat
bahwa mutu pendidikan karakter mampu meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan di masa yang akan datang.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
konsep dasar dari Pendidikan karakter itu?
2. Apa
saja tujuan pendidikan karakter dalam pembelajaran?
3. Dampak
apa saja yang ditimbulkan dalam pendidikan karakter bangsa?
4. Apa
fungsi dari pendidikan karakter bangsa?
5. Bagaimana
penerapan pendidikan karakter bangsa dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Pendidikan Karakter
2. Untuk mengetahui tujuan dari Pendidikan Karakter
3. Untuk
mengetahui dampak penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam pembelajaran
4. Untuk
mengetahui fungsi dari Pendidikan Karakter Bangsa
5. Untuk
mengetahui penerapan Pendidikan Karakter Bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Pendidikan Karakter
Karakter menurut bahasa adalah sifat dasar, kepribadian, perilaku atau tingkah
laku dan kebiasaan yang berpola. Menurut pandangan lain karakter berbeda dengan
kepribadian. Kepribadian adalah pemberian Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
yang di dapat oleh manusia sejak lahir. Kepribadian tidaklah tetap, dan juga
memiliki kelemahan dan kelebihannya pada kehidupan social.
Dennis
Coon dalam bukunya Introduction To Psychologi ; “ Exploration And Aplication “.
Mendefinisikan Karakter sebagai suatu penilaian subyektif
terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang
dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Karakter juga diartikan sebagai pembelajaran manusia pada saat
mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta menimbulkan kebiasaan positif
yang baru.Karakter mampu merubah kepribadian seseorang melalui pembelajaran
yang terarah dan terorganisir, dan juga didasarkan pada kesadaran diri
seseorang.
Menurut
Langeveld, seorang ahli pedagogik dari negeri Belanda mengemukakan batasan
pengertian pendidikan, bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu
kedewasaan.
Pendidikan
merupakan suatu usaha yang disadari, bukan usaha yang serampagan begitu saja,
harus mempertimbangkan segala akibatnya dari perbuatan –perbuatan mendidik itu.
Di dalam pendidikan, hal yang ditekankan yaitu tentang budi pekerti.
Jadi,
Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang
berdimensi agama , social, budaya, yang mampu diwujudkan dalam budi pekerti,
baik dalam perbuatan maupun perkataan.
Pendidikan
Karakter adalah suatu system penanaman nilai – nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi kompenen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai nilai tersebut.baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa,diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi
insan kamil.
Dalam
Pendidikan Karakter di sekolah, dibutuhkan keterlibatan seluruh kompenen (
stakeholders ), dan juga kompenen – kompenen pendidikan itu sendiri
diantaranya: kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pengelolaan sekolah,
pemberdayaan sarana prasarana, termasuk keuangan serta etos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah. Dengan demikian Pendidikan Karakter dapat diterapkan
melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Guru memiliki kesempatan
merealisasikan Pendidikan Karakter ke dalam masing – masing satuan pendidikan.
Hal
ini sesuai dengan tujuan KTSP yaitu meletakkan dasar – dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan selanjutnya.
Adapun
konsep Pendidikan Karakter termuat dalam rumusan Badan Standar Nasional
Pendidikan ( BNSP ) yaitu pendidikan yang menginternalisasikan semua potensi
peserta didik seperti hal yang termaktub dalam rumusan tujuan KTSP.
Menurut
UU No 20 Tahun 2003, Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan Formal, informal, dan nonformal yang dapat saling memperkaya
dan melengkapi satu sama lain. Seperti kita ketahui saat ini pendidikan
informal sesungguhnya memiliki peran yang sangat dominan dalam keberhasilan
peserta didik, namun hal tersebut belum memberikan kontribusi yang berarti
dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik.
Situasi
seperti itu disebabkan oleh paktor orang tua yang terlalu sibuk, kurangnya
pemahaman dalam mendidik anak pada lingkungan keluarga, serta pengaruh
pergaulan, pengaruh negative media elektronik sehingga pencapian hasil belajar
peserta didik belum signifikan.Salah satu alternative untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah melalui Pendidikan Karakter terpadu, yaitu
dengan memadukan dan mengoptimalkan kegiatan lingkungan keluarga dengan
pendidikan formal di sekolah.
Pendidikan
karakter bukan merupakan hal yang baru sekarang.penanamannilai-nilai sebagai
sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala.Akan tetapi,
seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali
nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap
pengajaran.
Penanaman
nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang
selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai
tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh
adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda.
2.2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan
Karakter secara implinsit bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang, dan sesuai dengan
standar kompetensi lulusan.
Pendidikan Karakter seharusnya membawa peserta didik kepengenalan nilai secara
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengenalan nilai
secara nyata.( Mochtar Buchori, 2007 ).
2.3. Pendidikan Karakter Bangsa dan
Dampaknya
Pendidikan
karakter bangsa atau
biasa disebut dengan pendidikan berkarakter dirancang oleh Mendiknas dan harus
dilaksanakan oleh setiap sekolah terhitung mulai tahun pelajaran 2011/2012.
Semua
tingkat pendidikan yang ada di Indonesia harus memberikan pendidikan karakter
bangsa tersebut dalam PBM di sekolah.
Pendidikan karakter bangsa terdiri dari 18 Indikator yang kesemuanya harus benar-benar dapat terangkum pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 18 Indikator pendidikan karakter bangsa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan karakter bangsa terdiri dari 18 Indikator yang kesemuanya harus benar-benar dapat terangkum pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 18 Indikator pendidikan karakter bangsa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan
ke arah terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan
tanggungjawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh semua
guru.Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa
agar memiliki karakter bangsa hanya ditimpahkan pada guru mata pelajaran
tertentu, semisal guru PKn atau guru pendidikan agama.Walaupun dapat dipahami bahwa porsi
yang dominan untuk mengajarkan Pendidikan Karakter bangsa adalah para guru yang
relevan dengan Pendidikan Karakter bangsa.
Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Sebab tidak akan memiliki makna apapun bila seorang guru PKN mengajarkan menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru lain dengan cara otoriter. Atau seorang guru pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan memberikan contoh perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru lain hanya mengatakan asal-asalan dalam menjawab
Sesungguhnya setiap guru yang mengajar haruslah sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi Dasar (KD).Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan behaviorisme dan menghafal saja sudah tidak dapat dipertahankan lagi Para guru harus dapat membuka diri dalam mengembangkan pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalan tertentu.Oleh karena itu, menurut (Hasan, 2000) pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam kompetensi dasar tidak dapat dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan semata.
Hasil belajar atau pengalaman belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat berdampak langsung dan tidak langsung. Menurut (Joni, 1996) mengatakan Dampak langsung pengajaran dinamakan dampak instruksional (instrucional effects) sedangkan dampak tidak langsung dari keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang khas yang dirancang oleh guru yang disebut dampak pengiring (nurturant effects) Berikut ini sebuah contoh pembelajaran utuh yang disiapkan seorang guru melalui RPP dan Silabus yang berkarakter
Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Sebab tidak akan memiliki makna apapun bila seorang guru PKN mengajarkan menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru lain dengan cara otoriter. Atau seorang guru pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan memberikan contoh perilaku para Nabi dan sahabat, sementara guru lain hanya mengatakan asal-asalan dalam menjawab
Sesungguhnya setiap guru yang mengajar haruslah sesuai dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi Dasar (KD).Rumusan tujuan yang berdasarkan pandangan behaviorisme dan menghafal saja sudah tidak dapat dipertahankan lagi Para guru harus dapat membuka diri dalam mengembangkan pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan terukur berdasarkan hafalan tertentu.Oleh karena itu, menurut (Hasan, 2000) pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam kompetensi dasar tidak dapat dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan semata.
Hasil belajar atau pengalaman belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat berdampak langsung dan tidak langsung. Menurut (Joni, 1996) mengatakan Dampak langsung pengajaran dinamakan dampak instruksional (instrucional effects) sedangkan dampak tidak langsung dari keterlibatan para siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang khas yang dirancang oleh guru yang disebut dampak pengiring (nurturant effects) Berikut ini sebuah contoh pembelajaran utuh yang disiapkan seorang guru melalui RPP dan Silabus yang berkarakter
RPP
KOMPETENSI
DASAR
|
MATERI
POKOK /
PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
|
INDIKATOR
PENCAPAIAN KOMPETENSI
|
PENILAIAN
|
ALOKASI
WAKTU
|
SUMBER
BELAJAR/
ALAT
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
||||||
2.1.
Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi lain di daerahnya
|
§
Aktivitas ekonomi yang berkaitan
§
dengan sumber daya alam dan potensi
lain di daerah
|
§
Melakukan pengamatan tentang sumber daya alam yang berpotensi di daerahnya
§ Mendeskripsikan
manfaat sumberdaya alam yang
ada di ingkungan setempat
§ Menjelaskan manfaat sumber daya alam hubungannya dengan
kegiatan ekonomi masyarakat
§ Mengamati
gambar SDA dan berdiskusi
|
§
Menyebutkan sumber daya alam yang
berpotensi di daerah-nya
§
Mengelompokkan sumber daya alam di
daerahnya
§
Menjelaskan manfaat sumber daya alam
yang ada di daerah
§
Menjelaskan perlunya melestarikan
sumber daya alam
§
Menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan
ekonomi di daerah tempat tinggalnya
§
Menunjukkan tempat kegiatan ekonomi
yang ada di daerahnya
§
Menunjukkan tempat sumber daya alam
pertanian, kelautan,mineral dan energi dan sumber daya ruang
§
Membuat laporan sederhana tentang
hasil pengamatan tem-pat sumber daya alam tersebut
|
Tertulis uraian
|
jawaban singkat
|
Sebutkan sumber
daya alam yang berpotensi di daerah-nya
|
12 x 35 menit
pert 1 - 4
(4 minggu)
|
Buku
IPS kelas IV Asy’ari Erlaggga hal. 107 – 116
Peta/atlas
Gambar
SDA
|
Silabus
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
TEMA :
DIRI SENDIRI
KELAS / SEMESTER : II / 1(satu)
ALOKASI WAKTU : 3 MINGGU
I. KOMPETENSI
DASAR
I.1.
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
1.1 Memelihara
dokumen dan koltksi benda berharga miliknya
I.2.
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
1.1.1 Menjelaskan
pengertian dokumen
1.1.2 Menyebutkan
macam-macam dokumen
1.1.3 Memberikan
contoh dokumen berdasarkan penggolongannya
1.1.4 Menjelaskan
pentingnya memelihara dokumen
1.1.5 Menceritakan
cara memelihara dokumen
1.1.6 Menjelaskan
akibat bila dokumen tidak disimpan dengan balk
1.1.7 Menunjukkan
contoh dokumen diri dan keluarga
1.1.8 Menceritakan
penistiwa yang berkesan waktu kecil tentang metatui dokumen (foto, Akte
Ketahiran)
1.1.9 Mendokumentasikan
penistiwa-penistiwa penting siswa
III. LANGKAH
LANGKAH PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN
AWAL
1. Doa bersama
2. Mengabsen siswa
3. Appersepsi
B. KEGIATAN
Inti
1. Siswa
diajak bernyanyi lagu “Satu-Satu”
2. Guru
bercerita singkat peristiwa gotong royong
3. Guru
menjelaskan tentang hidup rukun
4. Guru
membacakan teks pendek dan buku
5. Siswa
menceritakan kembali isi teks yang dibacakan guru
6. Siswa
menjawab pertanyaan tentang isi teks
7. Siswa berpasangan di depan ketas untuk mengadakan tanya jawab
tentang kegiatan dan bangun tidur sampai berangkat sekolah
8. Siswa berpasangan mengadakan tanya jawab tentang pengalaman yang
berkesan
9. Siswa menulis bilangan di papan tulis
10. Guru mengajak siswa
untuk membilang bilangan 100 - 500
11. Siswa menuliskan
bilangan yang disebutkan guru
12. Tanya jawab tentang jumlah hewan pemeliharaan siswa
13. Siswa menyebutkan nama hewan yang pemah dilihatnya
14. Siswa menyebutkan
tempat hidup dan cara bergerak hewan
15. Guru menunjukkan gambar-gambar hewan
16. Tanya jawab tentang makanan dan manfaat hewan
17. Tanya jawab téntang
tempat wisata yang pemah dikunjungi siswa
18. Guru menjelaskan tentang pengertian dokumen, macam-macam dokumen dan
contoh dokumen
19. Guru menunjukkan dontoh dokumen
20. Guru mengajak siswa untuk menyebutkan benda-benda yang ada di dalam
dan di luar kelas
Pertemuan Minggu II
A. KEGIATAN
AWAL
1. Doa bersama
2. Mengabsen siswa
3. Appersepsi
B. KEGIATAN
Inti
1. Tanya jawab tentang hidup rukun dalam
keluarga
2.
Guru menjelaskan pentingnya hidup rukun
3. Guru menjelaskan hidup saiing berbagi
4. Guru memberi contoh membaca teks pendek
dengan lafal dan intonasi yang benar
5. Siswa membaca teks dan buku dengan lafal dan
intonasi yang benar
6. Siswa menjawab pertanyaan bacaan
7. Guru bersama siswa menyimpulkan isi bacaan
8. Siswa menuils nama bilangan
9. Siswa membandingkan bilangan dan menyebutkan
bilangan ganjil, genap
10. Guru membimbing siswa mengurutkan bilangan dan
membi$ang Ioncat
11. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu
“Kupu-Kupu”
12. Guru mengajak siswa untuk menyebutkan
bagian-bagian hewan melalui gambar hewan
13. Siswa menirukan suara hewan
14. Guru menunjukkan gambar-gambar tumbutian
15. Siswa menyebutkan tumbuh-tumbuhan yang ada di
Iingkungan sekitar
16. Guru menjelaskan pentingnya memelihara dokumen
17. Siswa menjelaskan cara memetihara dokumen
dengan bimbingan guru
18. Guru menjelaskan akibat bila dokumen tidak
disimpan dengan baik
Pertemuan Minggu III
A. KEGIATAN
AWAL
1. Doa bersama
2. Mengabsen siswa
3. Appersepsi
B. KEGIATAN
Inti
1. Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Bangun Tidur”
2. Guru menjelaskan tentang hidup tolong menotong
3. Guru menyuruh siswa menulis kata di papan tutis
4. Siswa lain meluaskan kata yang ditutis menjadi sebuah kalimat
5. Guru mendiktekan kalimat
6. Tanya jawab tentang kegiatan siswa di pagi hari
7. Guru menunjukkan jam di depan
8. Siswa diajak / dibimbing untuk menentukan tanda waktu
9. Siswa membuat jam tiruan dengan bimbingan guru
10. Tanya jawab tentang waktu menyiram tanaman
11. Menjelaskan manfaat turnbuh-tumbuhan
12. Siswa mengajak untuk menyebutkan bagian tumbuh-tumbuhan dan rumah
13. Siswa menggambar tumbuh-tumbuhan dan menyebutkan bà gian-bagiannya
14. Siswa menyuruh menunjukkan dokumen yang sudah dibawa
15. Siswa menceritakan peristiwa penting yang berkesan
16. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa
penting yang dialaminya.
(Urutan kegiatan inti disesuaikan dengan
jadwal pelajaran masing masing sekoIah)
C. Penutup
Guru menyimpulkan pelajaran dan memberikan himbauan kepada
siswa serta memberi Pekerjaan Rumah
IV. SUMBER,
MEDIA PEMBELAJARAN
A. SUMBER
1. Buku Paket Tematik
Kelas II
2. Buku pendamping
3. Pengembangan guru
4. Lingkungan siswa
B. MEDIA
PEMBELAJARAN
1. Gambar yang
berkaitan d~ngan tolong menolong
2. Kartu kata
3. Sedotan
4. Jam dinding
5. Gambar hewan
6. Tumbuh-tumbuhan
7. Foto
8. Akte Kelahiran
9. Benda tiga dimensi,
misalnya: ember
V. EVALUASI
1. Lisan : Tanya jawab
2. Tertulis : Isian, uraian
3. Unjuk kerja : Hasil
pengamatan dan praktek
4. Portofolio
Dampak
Instruksional dalam RPP dan silabus diatas
-
Siswa dapat menceritakan kembali isi teks yang dibacakan guru
-
Siswa menjawab pertanyaan tentang isi teks
-
Siswa
berpasangan di depan ketas untuk mengadakan tanya jawab tentang kegiatan dan bangun tidur sampai
berangkat sekolah
-
Siswa berpasangan mengadakan tanya jawab tentang
pengalaman yang berkesan
-
Siswa menulis bilangan di papan tulis
-
Siswa menuliskan bilangan yang disebutkan guru
-
Tanya jawab tentang jumlah hewan pemeliharaan
siswa
-
Siswa menyebutkan nama hewan yang pemah
dilihatnya
-
Siswa menyebutkan tempat hidup dan cara bergerak
hewan
Dampak
Pengiringnya
Siswa
dapat terlatih memiliki sikap:
-
Teliti
-
Tekun
-
Disiplin
-
Jujur
-
Menghargai orang lain
-
Rajin
-
Dll
Dari
contoh di atas dapat disimak bahwa tujuan utuh dari pengalaman belajar harus
dapat menampilkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak pengiring
adalah Pendidikan Karakter bangsa yang harus dikembangkan,
tidak dapat dicapai secara langsung, baru dapat tercapai setelah beberapa
kegiatan belajar berlangsung. Dalam penilaian hasil belajar, semua guru akan
dan seharusnya mengukur kemampuan siswa dalam semua ranah (Waridjan, 1991).
Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok utuh siswa sebenarnya.
Artinya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus dinilai dari berbagai ranah
seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku
(psikomotor).Seorang siswa yang menempuh ujian Matematika secara tertulis, sebenarnya
siswa tersebut dinilai kemampuan penalarannya yaitu kemampuan mengerjakan soal-soal Matematika.Juga dinilai kemampuan Pendidikan
Karakter bangsanya yaitu kemampuan melakukan kejujuran dengan tidak
menyontek dan bertanya kepada teman dan hal ini disikapi karena
perbuatan-perbuatan tersebut tidak baik. Di samping itu, ia dinilai kemampuan
gerak-geriknya, yaitu kemampuan mengerjakan soal-soal ujian dengan tulisan yang
teratur, rapi, dan mudah dibaca (Waridjan, 1991).
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah, tanpa ragu, dan dapat dipertangungjawabkan.
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat dimengerti bahwaPendidikan Karakter bangsa menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya dengan semua mata pelajaran. Pendidikan Karakter bangsa diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, dengan demikian akan menghindarkan adanya "mata pelajaran baru, alat kepentingan politik, dan pelajaran hafalan yang membosankan."
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah, tanpa ragu, dan dapat dipertangungjawabkan.
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat dimengerti bahwaPendidikan Karakter bangsa menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya dengan semua mata pelajaran. Pendidikan Karakter bangsa diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, dengan demikian akan menghindarkan adanya "mata pelajaran baru, alat kepentingan politik, dan pelajaran hafalan yang membosankan."
2.4 Fungsi Pendidikan Karakter
Bangsa
1.
Pengembangan : Bagi
peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya
dan kartakter bangsa
2.
Perbaikan : Bagi Peserta didik yang belum memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa agar lebih bermartabat
3. Penyaringan : Terhadap budaya
sendiri dan budaya bangsa lain yang tidfak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa
2.5 Pendidikan Karakter Bangsa dalam Kegiatan Pembelajaran
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan rapi. Oleh karena itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru akan menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah, tanpa ragu, dan dapat dipertangungjawabkan.
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip tersebut maka dapat dimengerti bahwa Pendidikan Karakter bangsa menghendaki keterpaduan dalam pembelajarannya dengan semua mata pelajaran. Pendidikan Karakter bangsa diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, dengan demikian akan menghindarkan adanya "mata pelajaran baru, alat kepentingan politik, dan pelajaran hafalan yang membosankan."
Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitukurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada.Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut.
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran
(2) Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas
(3) Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran.
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang berbeda.
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
(6) Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
(7) Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
(8) Integrasi
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan
Pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa Variasi belajar itu dapat berupa membaca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun individual.
Terselenggaranya variasi modus belajar para siswa perlu ditunjang oleh variasi modus penyampaian pelajaran oleh para guru.Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan pendekatan ekspositorik hendaknya dikembangkan kepada pendekatan yang lebih beragam seperti diskoveri dan inkuiri.Kegiatan penyampaian informasi, pemantapan konsep, pengungkapan pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru perlu diganti dengan modus penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para siswa baik secara intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati kemanfaatannya) sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh pendidikan.
Penempatan Pendidikan Karakter bangsa
diintegrasikan dengan semua mata pelajaran tidak berarti tidak memiliki
konsekuensi.Oleh karena itu, perlu ada komitmen untuk disepakati dan disikapi
dengan saksama sebagai kosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antara lain
sebagai berikut.Pendidikan Karakter bangsa (sebagai bagian dari
kurikulum) yang terintegrasikan dalam semua mata pelajaran, dalam proses
pengembangannya haruslah mencakupi tiga dimensi yaitu kurikulum sebagai ide,
kurikulum sebagai dokumen, dan kurikulum sebagai proses (Hasan, 2000) terhadap
semua mata pelajaran yang dimuati Pendidikan Karakter bangsa.
Lebih lanjut, Hasan (2000) mengurai bahwa pengembangan ide berkenaan dengan
folisifi kurikulum, model kurikulum, pendekatan dan teori belajar,
pendekatan atau model evaluasi. Pengembangan dokumen berkaitan dengan keputusan
tentang informasi dan jenis dokumen yang akan dihasilkan, bentuk/formatSilabus, dan komponen kurikulum yang harus dikembangkan.
Sementara itu, pengembangan proses berkenaan dengan pengembangan pada tataran
empirik seperti RPP, proses belajar di kelas, dan evaluasi yang sesuai. Agar
pengembangan proses ini merupakan kelanjutan dari pengembangan ide dan dokumen
haruslah didahului oleh sebuah proses sosialisasi oleh orang-orang yang
terlibat dalam kedua proses, atau paling tidak pada proses pengembangan
kurikulum sebagai dokumen.
Dalam pembelajaran terpadu agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai harapan ada persyaratan yang harus dimiliki yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni, 1996). Berkaitan dengan Pendidikan Karakter bangsa sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada perkembanganPendidikan Karakter bangsa dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
Dalam pembelajaran terpadu agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai harapan ada persyaratan yang harus dimiliki yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni, 1996). Berkaitan dengan Pendidikan Karakter bangsa sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada perkembanganPendidikan Karakter bangsa dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Karakter adalah suatu
system penanaman nilai – nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
kompenen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai nilai tersebut.baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.
Dalam Pendidikan Karakter di
sekolah, dibutuhkan keterlibatan seluruh kompenen ( stakeholders ), dan juga
kompenen – kompenen pendidikan itu sendiri diantaranya: kurikulum, proses
pembelajaran, penilaian, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana prasarana,
termasuk keuangan serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dengan
demikian Pendidikan Karakter dapat diterapkan melalui Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ). Guru memiliki kesempatan merealisasikan Pendidikan
Karakter ke dalam masing – masing satuan pendidikan.
Pendidikan
karakter bangsa atau
biasa disebut dengan pendidikan berkarakter dirancang oleh Mendiknas dan harus
dilaksanakan oleh setiap sekolah terhitung mulai tahun pelajaran 2011/2012.
Pendidikan Karakter bangsa menghendaki keterpaduan
dalam pembelajarannya dengan semua mata pelajaran. Pendidikan Karakter bangsa
diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, dengan demikian akan
menghindarkan adanya "mata pelajaran baru, alat kepentingan politik, dan
pelajaran hafalan yang membosankan."
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Munib,Achmad,dkk.2010.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang:Universitas
Negeri Semarang Press
(diakses
26 Maret 2013, 18.30)
(diakses 26 Maret 2013, 18.47)
http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/545-kurikulum-pendidikan-yang-berkarakter.html
(diakses
26 Maret 2013, 18.50)
(diakses 26 Maret 2013, 19.20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar