Nyai Deborah...
Lemah, gugup, dan
takut...
Itulah dirimu...
Menerawang langit
sore yang redup
Sambil mengaca pada
sebuah cermin di tangan...
Tangan tua lagi
kusut...
Nyai Deborah...
Orang tua enerjik,
lincah, dan pantang menyerah...
Melakukan semua
demi anak-anak...
Menahan perih setia
cerca...
Menambah luka
terdalam...
Nyai Deborah...
Penyemangat dalam
khayalan kita...
Pemberi mimpi-mimpi
tinggi untuk kita...
Menyatukan setiap
hati kita...
Menjadi hati yang
satu padu...
Nyai Deborah...
Ratapan mu yang
kini semakin pilu...
Rintihanmu yang
semakin menyakitkan...
Menambahkan
rongga-rongga di hati kami...
Tanpa mengenal
apapun...
Kau terus menerobos
setiap kekosongan dan kehampaan hatimu sendiri...
Melawan setiap
keingininanmu...
Kau terus... Dan
terus berjuang...
Meraih mimpi-mipmi
kita...
Mimpi anak-anak
bangsa...
Nyai Deborah....
Kau bagai terik
matahari yang menyinari bumi...
Kau selalu memberi
semangat, dorongan, dan langkah bagi kami...
Nyai Deborah...
Tetaplah disini...
Tetap berjuang melawan
bengisnya keputusasaan...
Garangnya pisau
nafsu...
Kau beri segalanya
bagi kami
Hingga kami menjadi
seperti ini...
Tak terkira
kegembiraan kami pada kedatanganmu...
Dan tak terkira
juga kesedihan kami pada keprgianmu...
Semarang, 29-02-2012